Thursday, January 21, 2010

ASHHABUL KAHFI

Kata Kunci Al Qur'an : ASHHABUL KAHFI
Oleh: Ust Ahmad Hariyadi


Melihat kemungkaran yang semakin ramai di tengah masarakat kita apakah sebaiknya menjauh dari kehidupan masyarakat dan tinggal di tengah hutan? Apa saja rahmat yang diperoleh ashabul kahfi?

Ashhabul kahfi artinya penghuni gua. Kata ini hanya digunakan sekali dalam Al Qur’an yaitu dalam surat Al Kahfi/18:9, ”Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang menghuni gua (Ashabul kahfi) dan (yang mempunyai) raqim itu termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?”

Secara singkat dapat diceritakan bahwa ashabul kahfi adalah sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah. Mereka berkeyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya tempat mengabdi.

Mereka menjauhi kaumnya yang kafir dan dzalim dan berupaya memurtadkan mereka. Perilaku meninggalkan kaumnya ini dibenarkan oleh Allah. Namun saat ini meninggalkan mad’u secara fisik tampaknya merupakan tindakan yang kurang tepat dengan pertimbangan-pertimbangan berikut ini:

a.Adanya perintah menyampaikan amanat (risalah dakwah)
”Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanatNya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”(Al Maidah/5:67)

b. Adanya anjuran berinteraksi
“Orang-orang mukmin yang hidup di tengah-tengah manusia dan bersabar atas tindakan mereka lebih besar pahalanya dari pada orang mukmin yang tidak hidup di tengah-tengah mereka dan tidak bersabar atas tindakan mereka”(Riwayat Ibnu Majah)

Di dalam gua yang menjadi tempat perlindungannya mereka berdo’a,’Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petinjuk yang lurus dalam urusan kami(ini)’ Allah mengabulkan do’a para pemuda ini dengan mengaruniai mereka:

a. Petunjuk tentang adanya gua yang memungkinkan menjadi tempat berlindung
b. Menjauhkan mereka dari gangguan kaumnya yang musyrik
c. Memberikan kemudahan ketika berada di dalam gua. (Munculnya rasa takut dari orang-orang yang melihat mereka, adanya anjing yang menyertai mereka, dan terik matahari yang tidak memanasi tubuh mereka)
d. Allah menidurkan mereka dalam maktu tigaratus sembilan tahun,. Setelah mereka terbangun, gener4asi kaum mereka yang kafir sudah berganti dengan kaum yang beriman.

Tentang jumlah pemuda dalam gua itu mayoritas ulama cenderung lebih sepakat mengatakan jumlahnya 7 orang. Hal ini dilihat dari konteks kalimat yang digunakan dalam Al Qur’an.

“Nanti (akan ada orang yang) mengatakan jumlah mereka adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan yang lain mengatakan ‘jumlah mereka adalah lima orang dan yang keenam adalah anjingnya’ sebagai terkaan terhadap barang yang ghaib; dan yang lain lagi mengatakan ‘(jumlah mereka) tujuh orang dan yang kedelapan adalah anjingnya’.

Katakanlah,’Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada yang mengetahui (jumlah mereka) kecuali sedikit.”(Al Kahfi/18:22). Pernyataan yang menyatakan jumlah mereka 3 orang dan yang mengatakan jumlah mereka 5 orang dikatakan Allah sebagai terkaan terhadap barang yang ghaib, sementara setelah ayat yang mengatakan jumlah mereka tujuh orang Allah mengatakan bahwa Dia lebih mengetahui jumlah mereka.

Terlepas dari berapa jumlah pemuda itu, yang lebih menarik diamati adalah keberadaan pemuda beriman yang berada dalam gua itu, bukannya anak-anak atau orang dewasa. Dari kisah ini kita dapat belajar peran pemuda dalam dakwah. Dan dari sejarah atau pengalaman-pengalamn kita sendiri-sendiri peran pemuda sebagai agen perubahan selalu saja terjadi. Masih segar dalam ingatan kita runtuhnya orde baru di negara kita yang melibatkan peran pemuda(mahasiswa) di dalamnya.

Pekerjaan rumah untuk pemuda Islam khususnya, apa peran kita dalam menciptakan masarakat yang dilandasi nilai-nilai syariat?

No comments:

Post a Comment